Senin, 03 Februari 2014

BEA(IT)CH DIRECTION -Part I-


Kali ini saya akan menceritakan tentang liburan kami selanjutnya. Jadi liburan ini sebenarnya udah diancang-ancang sekian lamanya semenjak kami pulang dari liburan Danau Toba. Kemanakah tujuan kami???? Yap, kami memilih Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai tujuan. Lebih tepatnya Kota Banda Aceh dan Pulau Weh alias Sabang. Huuaaaaaa, serius ini memang liburan yang paling berkesan. Jadi yang pergi ini bertambah, ada saya pastinya, junika, mira, rina, sonya, reza, johan, dan dede. We are mumun family.
Cerita dari awal sebelum berangkat nih. Jadi semenjak pulang dari Danau Toba kami sepakat untuk nabung tiap bulannya sekitar 50 ribu. Kenapa? Karena untuk pergi kesana biayanya gak murah untuk kantong anak kuliahan. Tapi kalau dihitung-hitung habisnya sekitar 1 – 1,5 juta juga sih. Hahaha. Sekitar awal bulan Februari sehabis masa UAS Semester 7, kami berangkat dengan tema backpackers.
Berangkat sekitar jam 8 malam naik bus Kurnia, harga tiketnya 170 ribu nih. Nah, karena kami gak terbiasa naik bus maka terjadilah kejadian gak mengenakkan yaitu gejolak perut yang ingin mengeluarkan isinya. Sebagian besar dari kami muntah, tapi ada juga yang selow aja kayak kakak Mira dan kaka Junika. Jam setengah 6 subuh bus berhenti di daerah Lhokseumawe untuk solat Subuh. Dan satu jam setelah itu sekitar pukul setengah 7 bus akhirnya sampai di terminal. Dari terminal ke pelabuhan kami dijemput, tapi sebelumnya kami singgah dulu ke warung nasi untuk sarapan. Terus sekitar jam 8 kami gerak ke pelabuhan dan ternyata disana kapal ferry untuk nyebrang ke Sabang udah meu berangkat. Untung aja gak ketinggalan kapal.

Sekitar 45 menit perjalanan dengan kapal cepat yang kami tempuh akhirnya sampai juga di pelabuhan Balohan Sabang. Gitu turun dari kapal, ya ampuuun mau gimana bilangnya ya? Cantiiiiik kali air lautnnya sampe karang juga bisa dilihat dengan mata telanjang. Itu masih di pelabuhan ya, belum lagi kami keliling-keliling Sabang. Lalu kami dijemput oleh Bang Joko, supir yang udah kami booking untuk bawa kami keliling Sabang. Dia ngantar kami ke penginapan di Pantai Iboih namanya Vina Bungalow yang letaknya dekat tugu bacaan TEUPIN LAYEU. Dari penginapan kami udah bisa langsung menghadap ke pantai yang aduhai. Gak tau mau gimana lagi memuji keindahan ciptaan Allah SWT. Satu jam kami bersiap-siap dan akhirnya kami pergi untuk keliling Sabang bersama Bang Joko.
Reza lagi berpose di halaman penginapan wkwkw

Pada takjub semua lihat airnya yang luar biasa jernih


Nah, pertama kami singgah di Pantai Gapang yang masih dekat dengan Iboih sekitar 4km. Disini kami makan siang dengan lauk nasi goreng seafood di pinggir pantai. Terserah kalo mau bilang kami kampungan atau apalah yang penting kalau lihat lautnya itulohhhh, gak tahan pingin foto-foto terus nyebur aja. Cantik kaliiiiii.


At Gapang Beach



Dari pantai Gapang ini kami ke Air Terjun Pria Laot. Meski harus jalan kaki menyelusuri hutan dan sungai akhirnya sampai juga di air terjun. Konon kata penduduk setempat, air terjun ini lumayan angker karena dulu sempat ada yang mati bunuh diri dan mati tenggelam karena sedang meneliti. Dulunya air terjun ini termasuk unik karena air terjun yang datang dari atas tebing ngumpul di danau kecil dibawah tebing tersebut. Namun air itu gak mengalir ke tempat lain melainkan disitu-situ aja dan danau itu juga gak bertambah lebar. Rupanya setelah diteliti ternyata danau tersebut sangat dalam, dan orang yang meneliti dikarenakan ia nyelam pake tabung oksigen (diving), tabung oksigennya itu nyangkut di dalam danau dan akhirnya ia meninggal karena kehabisan oksigen. Semenjak itu, supaya gak terdengar lagi gosip mengerikan dari si air terjun maka dibuatlah aliran supaya air yang di danau tersebut bisa ngalir dan jadi sungai kecil.





Sehabis dari air terjun, kami berangkat ke titik nol. Walaupun titik nol ini ada babinya, ada monyetnya, tapi percayalah mereka sangat ramah pada pendatang. Hahahah. Titik nol kilometer ini merupakan titik awal pengukuran luas Negara Indonesia. Jadi yang datang di titik nol ini bisa buat sertifikat tapi harus nambah 15 ribu, itu sih bagi yang mau aja.



Selesai dari titik nol kami bergerak ke pusat kota Sabang buat cari makan malam. Jadi ada namanya pusat kuliner Sabang, dimana disana banyak yang jual makanan. Ada sate gurita, ada kepiting, apalagi mi Aceh. Nah sehabis makan di kuliner Sabang barulah kami pulang ke penginapan untuk istirahat dan mempersiapkan diri untuk snorkling dan diving esok paginya. Tapi sampe di penginapan bukannya tidur malah main kartu lagi. Hadeuh. Setelah diperingatkan supaya jangan ribut oleh si empunya mes, kami ke pantai ngeliat para nelayan pada nangkap ikan. rupanya banyak juga loh bule-bule yang diving di malam hari. Katanya mau lihat spesies ikan yang aktif pas malam hari.




Nah ini cerita kami di hari pertama di Pulau Sabang. Bersambung ke postingan berikutnya.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar